kureguk
getir hingga ke ampas
mengais tanpa ada rasa sabar
mengais tanpa ada rasa sabar
terpuruk
dengan lebam yang mengeras
hingga
jatuh, terserak tanpa dasar
kemana air mata tadi pergi
kulihat ia tadi di sini
mengoyak kelopakku yang sayu,
menggelantung di bulu mataku yang sendu
padahal, ruangku sedang kosong
dindingku pun bisu
nyatanya hatiku sedang gersang
tanpa sedikitpun rayu
kemana air mata tadi pergi
kulihat ia tadi di sini
mengoyak kelopakku yang sayu,
menggelantung di bulu mataku yang sendu
padahal, ruangku sedang kosong
dindingku pun bisu
nyatanya hatiku sedang gersang
tanpa sedikitpun rayu
haruskah
kuledakkan saja samudera ini
agar geloranya menggelegar riuh…
agar geloranya menggelegar riuh…
ataukah
ku patahkan saja tiang langit ini
agar meluluhlantakkan
segalanya hingga menjadi abu,
tapi, apa
dayaku…
semua
takkan kembali seperti yang kumau
air mata
tak pernah menghilangkan duka
ia hanya penawar hati yang lara
ia hanya penawar hati yang lara
0 komentar:
Posting Komentar