Kau mungkin tak akan pernah
peduli bagaimana saat pertama kali kita saling kenal. Seperti pagi yang tak
pernah kau pikir kenapa ia terus datang padahal malam selalu tampak lebih
puitis daripada puisi manapun. Ia juga lebih sunyi dalam keheningan di
langit-langit kamarku. Semua orang tiba-tiba saja melupakan dunia yang penuh
dengan kesibukan, pertengkaran dan perdebatan tentang kebenaran. Apakah kau
mengingatnya?
Hari itu, seekor laba-laba
seperti sedang membuat jaring-jaring cahaya di antara kau dan aku. Aku terperangkap
di jaring itu sambil memperhatikanmu di seberang sana, itu karena kau yang
awalnya mengirimkan tanda ini :),
untuk apa memperdebatkan senyum atau salam sebagai permulaan, yang ujung-ujungnya
aku akan mencari tahu tentang mu juga. Laba-laba yang tadinya hanya diam sekan memberiku
pertanda bahwa aku aman, aku boleh mencari tahu siapa yang telah membuat ku
penasaran sampai sebegininya. Aku betah memandangmu berlama-lama, sambil mematung
di sana, membiarkan kornea mataku merekam sebuah efek visual yang membuat
hatiku merasa nyaman.
Aku tak pernah berpikir sejauh
ini. Bahwa kau dan aku akan menjadi kaitan yang saling membutuhkan, aku yang
butuh keterampilanmu yang selalu membuat bibirku melengkung ke atas seperti mangkuk
antik milik nenekku, dan kau hanya membutuhkan waktuku.
dari ngacak-ngacak om google |
Kota ini, adalah sebuah pot besar
yang menampung semua mimpi orang-orang di dalamnya. Walakupun ku tau lebih
banyak mimpi yang kau tanamkan di kotamu yang terlampau jauh dari ku, kau juga telah
menanam mimpi di kota ini, terutama dihatiku. Aku senantiasa merawatnya dan
berharap suatu hari mimpi itu terbangun dengan apa adanya dia sebagai mimpi.
Kau tahu, aku sempat bermimpi bertemu denganmu dalam sebuah mimpi yang tak
pernah kuatur skenarionya. Kau pergi bukan bersama ku, menerobos lautan biru
tanpa pamit dariku. Aku harus berbalik arah membelakangimu sambil menghitung 47
langkah kemudian berbalik lagi dan berharap kau menghampiriku. Tapi ternyata
kau hilang..
Pagi itu begitu sendu dan kabut
pelan-pelan memudar seperti halnya ingatan senja. Anehnya aku terbangun dengan
penuh keringat, itu adalah mimpi yang seburuk-buruknya mimpi seorang penjahat
yang ingin menguasai dunia dan membuat perang dunia baru. Aku berusaha
mengumpulkan fragment tentangmu di dalam kepalaku sendiri, wajah yang mengais
bahagiaku, suara yang selalu kurindukan dan juga tulisanmu.
Sialnya, aku kehilangan sesuatu
yang mengganjal pagi itu. Kita pernah bertemu di mana?
Sejak saat itu, aku berusaha menelusuri
papan percakapan kita sambil berjalan kaki di kota yang menampung mimpi kita. Dan
setelah lelah mencari aku kembali ke rumah dan memandangi langit-langit kamar
yang kosong, dengan sepi dan sunyi yang sama ditemani hening yang begitu larut.
Sebenarnya dimana kamu?? ah, suara itu lagi. Jantungku selalu berdegup kencang
setiap memikirkan mu seperti ini. Aku merabanya perlahan, dan aku baru
menyadari ternyata kau masih di hati dan fikiranku.
0 komentar:
Posting Komentar