Pagi itu saya berangkat agak
awal, jam tujuh pagi sudah berada di lengangnya jalanan campalagian, polman,
sul-bar. Walaupun masih terasa dinginnya, akibat hujan semalam kami tetap harus
menuju ketempat tujuan kita (pasar) yeyy (y)!!! Apalagi beberapa minggu ini
cuaca semakin tidak jelas, kadangkala hujan turun tanpa tanda, matahari sering
terlihat malu-malu, tapi tak jarang pula matahari muncul dengan pedenya. Dan
hari ini, apapun cuacanya minumnyaa.. ehh salah, apapun cuacanya yya gak
masalah dehh.
Sebenarnya tujuan utama saya
keluar pagi-pagi itu bukan 100% untuk pasar tapi naik bendi nama lain dari
delman, dokar atau banyak nama lain lagi untuk mendeskripsikan sebuah alat
transportasi yang ditarik oleh kuda ini. Sebelumnya, saya tidak tahu klo
ternyata di daerah ini masih memiliki bendi, dan begitu tau ada bendi.. kayak
ngebelah atmotsfer berlapis-lapis naik paus akrobatis menuju rasi bintang
paaaliing maniss (hehe.. ngiklan dulu) secara yya saya baru pertama kali naik
bendi, maklum transportasi kayak gitu sudah tidak ditemukan di kota tempat
tinggal saya (Makassar). Haha.. senang banget rasanya, (buat ngetik ini aja
pake semangat 45 plus senyum-senyum sendiri)
perjalanan menuju pasar, pas mau turun mintol sm pak kusirnya |
Perjalanan menuju pasar, tentu
kami memilih naik bendi yang berkapasitas maksimal 7 orang ketimbang
transportasi yang lainnya, bersama teman-teman saya yang tak kalah senangnya, dan
saya lebih memilih duduk samping pak kusir. Nahh.. masih ingat lagu ini
Pada
Hari Minggu ku turut ayah ke kota
Naik
delman istimewa kududuk di muka
Kududuk
samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai
kuda supaya baik jalannya
Tuk
tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk
tik tak tik tuk tik tak suara sepatu kuda
Haha.. gue bangeet tuh, sudah
duduk samping pak kusir kebetulan juga waktu itu hari Minggu.
ini kuda betina yang lagi hamil |
Di setiap perjalanan menggunakan
bendi saya selalu mewawancarai si pak kusir, yyaa.. pertanyaan standar “pak ini
kuda jantan atau betina?”, “pak umurnya berapa?”, “pak sudah berapa lama bawa
bendinya?”, “penghasilannya gimana pak?”, “kudanya puasa juga pak?!!” haha..
dan klo dihitung-hitung saya lebih sering naik bendi betina bahkan ada kuda
yang sedang mengandung, waaahh.. gak kebayang klo ditengah perjalanan kudanya
tiba-tiba melahirkan. Trus dari sekian bendi yang pernah saya naiki, menurut
setiap pak kusir umur kudanya sekitar 4-7 tahun. Dan kebanyakan pak kusirnya
sudah berkepala 3-5.
Pernah juga waktu dari pasar naik
bendi pas di jalan raya lewat jembatan bendinya nda stabil, katanya tuh kuda
lagi nda mood... haha, hampir tabrakan sama truk malah. Huuaa, jantung sudah di
lutut hampir copot ddeh. Bisa dibayangkan.. walaupun begitu, saya tetap bisa
menikmati pemandangan yang indah di sepanjang jalan, bebas polusi, bahkan kita
jadi perhatian warga sekitar... Saya ingat, saya dan teman-teman begitu
bersemangat menikmati perjalanan dengan sedikit berlonjak-lonjak (haha.. seru
man!!). Dan akhirnya, saya jadi merindukan naik kendaraan itu. Mungkin suatu
saat bisa main-main kesana lagi, haha.. amiiin.
0 komentar:
Posting Komentar