Saat ini aku tengah memandangmu,
menengadahkan wajahku ke langit. Engkau jatuh dari gumpalan awan hitam nan
pekat dengan bunyi gemerisik lembut. Tiba-tiba saja aroma tanah yang pertama
kali tersentuh olehmu melenyapkan segala kegelisahan dan kegalauan di hati ku.
Hujan...
Tahukah kau? Aku sangat iri
padamu. Dengan karunia dari-Nya, kau memiliki kemampuan untuk menembus dimensi
ruang dan waktu. Dirimu yang bergumul dari milyaran tetes air bisa dengan mudah
mencapai siapa pun atau apa pun di muka bumi ini. Sesuatu yang sangat sulit bahkan hampir
mencapai titik mustahil bagiku. Untuk itu, maukah kau menolongku? Ayolah, untuk
kali ini saja. Hujan, sampaikan salamku pada orang gurun itu. Walau ku tahu kau
sangat enggan ke tempatnya.
Hujan...
Aku mengikuti tetes terakhirmu
meresap ke dalam tanah, tiba-tiba jingga berbisik, dia tidak melihat sesuatu
yang biasa terlihat sesudahmu. Pelangi.. Aku segera menengok ke kiri dan kanan
mencari-carinya. Benar, aku tidak bisa menemukannya. Tapi jingga menegurku,
katanya pelangi itu tidak berada di bawah tetapi di atas langit. Setengah
tertawa, aku menggeleng tidak setuju. Hujan, jumpailah pelangi. Katakan
padanya, aku tidak ingin dia menghilang, aku rindu melihat senyumnya yang
indah.
Hujan...
Debaran hatiku muncul ketika
bersentuhan pertama kali dengan kisahnya. Membuatku ingin melukiskan kisah itu
dalam deretan kata yang mempesona. Sayang aku belum berhasil. Karena itu,
sampai sekarang pun aku masih berusaha mengenal dia lebih dekat. Siapa dia?
Nnah.. tetangga sebelah sana yg banyak ceritanya.. hehe *peace. Hujan,
sampaikan salamku padanya. Katakan, semuanya akan indah pada waktunya..,
InsyaAllah.
Hujan...
Ketika berbicara dengannya, aku
seperti berada di depan cermin. Dia begitu mirip denganku sampai-sampai aku
ragu dia adalah manusia, mungkin dia sebuah kloning. Apalagi dia banyak
melakukan hal-hal yang kusukai. Aneh? Jangan tanya lagi. Hujan, jumpailah dia
di pagi hari. Dia sangat senang melihat bulir-bulir airmu yang jatuh di pagi
hari. Sampaikan semangatku padanya, semoga hari-harinya diiringi ceria yang tak
akan pernah luntur.
Hujan...
Suatu saat, jika kali ini bukan
untuk menyampaikan salam melainkan untuk menemuiku, apa kau bersedia datang?
Aku tidak meminta banyak, cukup biarkan aku tersenyum pada langit sehingga
butir-butir airmu bisa menyapa wajahku. Dengan begitu, tak akan ada yang sadar
bahwa ternyata aku juga tengah mengeluarkan butir-butir air.
0 komentar:
Posting Komentar