in the name of Allah the most gracious the most mercyful

Senin, 29 Desember 2014

aku dan tugas akhir

Disaat waktu yang kosong, dan cenderung tak produktif akhir-akhir ini menumbuhkan rasa jenuh dengan sendirinya, terlebih gerimis yang tak putus dari sore hingga berganti malam. Saya terkadang resah, entah harus melakukan apa, sebagai mahasiswa semester akhir tentu harusnya hal dan waktu seperti ini dijadikan quality time bersama nya—tugas akhir—, sebab kekosongan kali ini tak menuntut kesibukan yang penting apapun.

tentang mu [rindu]

seperti gerimis yang menggenang
pelan lalu menghilang
turun perlahan  mencipta
jejak jejak  resah yang basah
seperti itulah
pada bilangan rindu di antara  kata yang gugu
kutitipkan asa itu
mungkin saja akan sampai kepadamu
walau penuh bilur bilur biru
karena kau masa depanku

Sabtu, 18 Oktober 2014

Fakta Malam Hari; akhir-akhir ini

Entah bagaimana caranya menciptakan tidur yang berkualitas di malam hari akhir-akhir ini. Rasanya tuh cuaca akhir-akhir ini panas-panas gimana gitu. Secara ya bagi kita-kita ini yang bermukim di tempat yang sesungguhnya bukan rumah pribadi, alias asrama kampus yang terbatasnya fasilitas, tentu jika mendapati kondisi kegerahan di malam hari yang paling pertama kita cari ialah kipas, kipas yang kami maksud disini ialah kipas yang berasal dari kekuatan tangan sendiri, tidak ada pilihan lain, disaat AC (baca: angin cendela) kami tidak dapat difungsikan dikarenakan diborongi kerumunan nyamuk yang berasal dari luar tuh sakitnya di sini, di sini (sambil nunjuk hasil perbuatan nyamuk ehh), yah selain itu tak jarang kamipun memanfaatkan lantai sebagai alas tidur kami, hal ini berguna untuk menciptakan mmm, lebih tepatnya mentrasfer suhu dingin yang ada di lantai ke tubuh kami, ada-adalah ademnya gitu.

Well, sesungguhnya semua kemungkinan untuk menghapus peluh yang tercipta dimalam hari, apapun telah kami lakukan. Satu yang pasti, yang seperti ini standby di ranjang ya.

Rabu, 27 Agustus 2014

entahlah

Ketika kenyataan jauh dari pengharapan, maka denting pilu pun mengalun bersama tetesan air mata yang jatuh... aku bahagia bisa sampai pada detik ini demi memperjuangkan kita, walau kitapun tak mampu meraba akhir dari semua...
Aku berharap, perjalanan panjang takkan pernah menjadi semu, meskipun kita tetap sulit tuk bersatu...
Mungkin dunia enggan melihat kebahagiaan kita, mungkin juga ada yang lebih baik dari ini semua, entahlah aku lelah menebaknya...
Biarkan waktu yang menghantarkan kisah ini... apapun akhirnya.

Selasa, 29 Juli 2014

kembali; kediaman lama


Sudah lama tidak menggunjungi kediaman ini, sudah lama tidak bersua dengan jejeran kata ini... 
berdebukah kau? terlihat seperti gedung tua yang dipenuhi sarang laba-laba.. sudah lama rasanya tak membawa cahaya masuk menyinari tiap sudut ruang ini, sudah lama rasanya tak menghadirkan udara untukmu lebih luas bernafas... bagaimana kabar jejaran itu? bagaimana kabar kata, terasa asingkah ia, aku harap tidak, kembalilah bersamaku bermain lebih banyak...

Kamis, 17 April 2014

Air Mata


kureguk getir hingga ke ampas
mengais tanpa ada rasa sabar
terpuruk dengan lebam yang mengeras
hingga jatuh, terserak tanpa dasar

kemana air mata tadi pergi
kulihat ia tadi di sini
mengoyak kelopakku yang sayu,
menggelantung di bulu mataku yang sendu

Jumat, 04 April 2014

(Lupa) Merencanakan Sebuah Akhir


Kita hidup dengan segudang keinginan. Beberapa dari kita sangat serius dalam memenuhinya. Berbagai target kita buat, mulai dari yang besar hingga yang kecil. Mulai dari jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang. Setelah target ditentukan, kita buat strategi pencapaiannya step by step dan mulailah kita melangkah untuk mewujudkannya.

Persiapan yang matang mutlak diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Begitu pula dengan target-target yang telah kita susun dalam hidup kita, butuh perencanaan matang dalam menyusunnya. Rencana yang jelas ibarat sebuah peta yang akan menuntun kita mencapai tujuan. Peta akan memberikan arah kemana kaki ini harus melangkah terlebih dahulu, perkiraan waktu dan jarak tempuh perjalanan, yang nantinya akan memudahkan kita untuk menentukan bekal apa saja yang harus kita persiapkan.

Senin, 24 Februari 2014

pantasnya pundak siapa? saya?

Setiap manusia hidup dengan peran mereka masing-masing. Peran tersebutlah yang akhirnya turut melahirkan tanggung jawab. Saya biasa menyebutnya amanah. Ada amanah yang tersemat di setiap peran yang kita miliki, entah sebagai seorang anak, seorang mahasiswa, seorang karyawan, bahkan seorang pemimpin. Semuanya berdampingan dengan sebuah amanah. Tentu dengan kadar yang sesuai dengan kualitas pribadi tiap orang. 

Amanah sejatinya tak bisa terhindarkan. Mau tidak mau, suka tidak suka, suatu saat akan sampai juga di pundak kita. Jika tidak sekarang maka besok, jika tidak besok maka lusa. Misal jika anda belum siap menikah sekarang, bukankah suatu saat nanti anda juga akan tetap menikah?
 
ever after Blogger Template by Ipietoon Blogger Template